Saturday 22 August 2015

Album Preview - Soulfly "Archangel"



Setelah lama tidak mendengarkan musik mereka, Soulfly, merilis album baru tahun ini. Archangel, merupakan album ke 10 dari band ini. Terakhir, menikmati Soulfly di tahun 2000 pada saat album Primitve, jaman SMP dulu. Sempat juga seklias mendengarkan Cavalera Conspiracy, side-project nya Max selain Soulfly.

Soulfly, memang bernyawa di Max Cavalera, tanpa mengecilkan anggota band yang lain. Dan, Om satu ini sudah 20 tahunan di Soulfly. Awalnya, bergabung di Sepultura, ajaibnya, saya malah baru mulai mendengarkan Soulfly tanpa tahu Sepultura.

Kembali ke Archangel, album ini tetap menampilkan Max yang powerful, seperti usianya terhenti, tak bertambah. Tidak ada perubahan dari cara bernyanyi Max, seperti bernafas, sepertinya metal memang menyatu dengan jiwanya.

Musiknya sendiri, karena terakhir saya menikmati Primitive, terasa sangat jauh berbeda. Lebih melodic, dengan effect gospel di beberapa bagian, tempo lebih lambat, namun tetap dengan lirik yang kuat, mengangkat cerita legendaris di dalamnya.

Album ini dibuka dengan We Sold Our Souls to Metal, langsung menghentak dengan dentuman drum ala trash metal, beat cepat dan lirik dinamis, memaksa untuk head-banging saat mendengarkannya. Saya membayangkan, berapa besar circle pit yang akan terbentuk saat lagu ini dimainkan secara live. We Sold Our Souls to Metal, seakan menjadi ikrar sebelum memasuki seluruh album, ikrar bahwa memang metal yang kita inginkan.

Kekuatan akan lirik dalam album ini tergambar jelas pada beberapa lagu yang mengangkat cerita dan lirik religius, dengan mengutip materi pelajaran dari Alkitab. Diantaranya track Sodomites, memasukkan Ezekiel 6:3:47 sebagai lirik intro, menceritakan kehancuran kota Sodom karena perilaku yang penuh dosa. Tema religius yang lain juga disajikan dalam track Bethlehem's Blood, dan beberapa track lainnya.

Ingin musik  dengan beat cepat? Track Deceiver memberikan jawaban. Track berdurasi 2 menit ini, selain We Sold Our Souls to Metal, menyajikan ketukan yang lebih cepat diantara 10 track yang ada di album ini.

Archangel, menyajikan 10 track dalam 1 paket yang padat, berdurasi 45 menit. Musik, mungkin akan terdengar sedikit berubah, dengan eksperimen dan penambahan gospel di sana. Namun, dengan Archangel, Soulfly seakan siap mengembangkan sayap, siap melangkah dan menghipnotis secara mistis lewat musik.



I don't need society
I don't need your politricks
We live our lives the way we want

We sold our souls to metal
We sold our souls

Max Cavalera - We sold our souls to metal

 

Tuesday 18 August 2015

Movie Review - Fantastic Four 2015

Fantastic Four banner
Film superhero lama dengan plot cerita baru, Fantastic Four, sudah mulai tayang di bioskop ibu kota awal bulan Agustus ini. Sempat berselancar membaca reviewnya, dan memunculkan hasil kritik serta rating yang tidak begitu bagus di laman hasil pencarian dunia maya, namun saya tetap menontonnya minggu lalu. Memang, untuk jenis film superhero terasa sangat kurang puas atas adegan "action" nya, namun tetap menghibur.

Well, terlepas dari rating dan adegan actionnya, film ini menyisakan quote yang menarik bagi saya. 


Quote ini ada pada plot setalah teleporter "Quantum Gate" yang dibuat Reed Richards, Victor von Doom, dkk, di Baxter Foundation, sukses diujicoba. Keberhasilan itu mengundang Dr Allen, pengawas fasilitas NASA, berencana mengambil alih proyek teleporter tersebut dan menghapus Reed dkk dari tim.

Reed pada uji coba mesin teleporter

Reed kecewa dengan putusan itu. Dalam percakapannya dengan Victor von Doom, mereka berencana menjadi orang pertama yang menggunakan teleporter. Isi percakapannya cukup 'mencubit', kutipannya seperti ini :

  • Vic    : Hey you guys know who built the Apollo spacecraft, went to the moon?
  • Reed  : Yeah. Yo' momma.
  • Vic    : So the answer's no? But you know who Neil Armstrong is, right?
  • Reed  : Oh, yeah, of course - Of course.
  • Vic    : Buzz Aldrin?
  • Reed  : Yeah. First men to walk on the moon.
  • Vic    : Famous faces hired to conquer dreams that weren't even theirs.
  • Vic    : Dreams of someone else, some other scientist, who probably died penniless and alone. And sat in a bar telling people he sent men to themoon. And, that's man is gonna be me.
  • Reed  : That's gonna be me. I think it's all of us.
  • Vic    : Unless we go first.

Cukup terasa tercubit? Bagi saya terasa "pedas dan panas".
 
Yeah, intinya bukan tentang terkenal dan dipuja. Namun point nya menurut saya adalah "taking control and how to presents".

Sebagian dari kita sangat pandai "menghitung" namun kurang pintar mempresentasikan. Sebagian dari kita sangat ahli menemukan sesuatu hal yang baru namun kurang pintar menjual. 

Akibatnya, banyak orang lain yang memanfaatkan celah itu. Sang jenius menghitung dan ahli penemu tetap ada di belakang, tidak pernah muncul ke permukaan. Tetap kecil dan tidak memegang kendali.

Sadar atau tidak, sebagian dari kita sudah terlalu jauh "di belakang", terlalu lama "terpendam".

Secara sederhana :


"Take control, be brave, be bold. And, therefore be unbeatable and irreplaceable."

Be.. FANTASTIC!!
 
 

Monday 10 August 2015

Album Preview – Bullet For My Valentine "Venom"

Venom merupakan album ke-lima dari BFMV yang akan dirilis resmi pada 14 Agustus 2015. Sebetulnya untuk single album No Way Out sudah rilis pada bulan Mei kemarin. Iseng berselancar ke dunia maya, oopppsssss... sudah ada full album yang bisa dicomot dari 'tendang bokong'. Jadi, langsung tergiur untuk meluangkan ruang penyimpanan note book untuk file album mereka. :)


Mengutip laman web mereka, album ini merupakan album pertama bersama bassist baru, Jamie Mathias, setelah keluarnya bassist Jason Jay James. Tapi, menurut saya tidak terlalu berbeda suara bass pada musik yang dihasilkan, selama Michael Paget dan Bang "Mamat" Matthew Tuck bermain gitar dan screaming, semua terasa sama.

Venom, dibandingkan dengan album sebelumnya Temper Temper, terasa lebih "ngebut". Keras, aggressive, riff cepat, distorsi dan melody yang tebal, lebih trash, mengingatkan album The Poison. Plus, solo gitar lebih panjang dan rumit. 

Track pertama diawali dengan No Way Out. Lagu yang intronya dibuka dengan scream nya Matt Tuck ini, seperti pada Tears Dont Fall, menurut saya sangat pas dipilih sebagai track pembuka. Seperti ingin menggambarkan bagaimana 'rasa' album keseluruhan. 

Track kedua, Army of Noise, tampil lebih aggressive. Seperti judulnya, track ini memang berisik, dan tentu saja, memang diciptakan untuk headbanging

Track berikutnya sedikit menurunkan tempo, dengan track medium, mungkin Matt bilang, "Atur nafas dulu lah kalian", dengan Worthless dan You Want A Battle (Here's A War), yang ditambahkan anthem pada refrain nya. 

Secara keseluruhan, album ini seakan membawa BMFV ke album awal mereka. 

Well, sangat senang mendengarkan musik dalam album baru mereka. BMFV kembali dengan musik dan semangat yang masih sama.

Grab it. Plugged your headphone, volume up. And, enjoy it.

"You're only alive when you torture the weak / Now hear me roar"
Matt Tuck - You Want A Battle? (Here's A War) 

Friday 7 August 2015

Pengecoran di Lapangan (Cast in Situ)

Pengecoran merupakan salah satu tahap yang krusial dalam suatu proses konstruksi, apalagi untuk bangunan yang struktur utamanya tersusun atas material beton, dimana dalam hal ini tidak menggunakan beton pre-cast alias beton cast in situ.

Kunci kekuatan struktur beton terletak pada penulangan dan tercapainya mutu beton sesuai dengan desain. Dan, kunci ini bergantung pada pekerjaan di lapangan (tentu saja secara desain sudah harus dinyatakan kuat), terutama pengawasan pada hal berikut :
  1. Mutu bahan pembantu, dalam hal ini seperti mutu bahan bekisting (form work)
  2. Cara pencampuran material penyusun beton (mixing)
  3. Penuangan beton (casting)
  4. Pemadatan (compacting)
  5. Perawatan beton (curing)
Berikut rangkuman umum pekerjaan pengecoran beton dari persiapan hingga proses pengecoran beton di lapangan  :

1.  Mix design formula

Pelaksana (kontraktor pelaksana) harus membuat mix design formula beton. Metode pekerjaan pencampuran beton (untuk beton normal) dapat mengacu pada SK SNI T-15-1990-03. Umumnya biaya yang timbul untuk lingkup pekerjaan mix design formula beton ini sudah termasuk dan menjadi tanggung jawab kontraktor pelaksana.  
Mutu beton hasil mix design formula tersebut harus dibuktikan dengan tes sampel beton, dimana pembuatan sampel uji betonnya dapat mengacu pada PBI 1971. Laporan hasil uji sampel beton berdasarkan mix design tersebut harus sudah diterima oleh konsultan/tim teknis sebelum pekerjaan dimulai. 

Harus dipastikan material yang digunakan dalam mix design merupakan material yang nantinya akan digunakan dalam campuran beton pada saat konstruksi. 

Pembuatan mix design harus cepat dilakukan untuk antisipasi jika material yang akan digunakan tidak layak secara kualitas, maupun kuantitas, sehingga dapat dicari material dari tempat lain. 

Sebagai catatan, dalam mix design formula yang disampaikan, selain berisi keterangan material yang digunakan dan berapa proporsi campuran dalam 1 m3 beton (atau biasanya proporsi terhadap 1 zak semen), juga harus berisi laporan pengujain materialnya, mulai dari pemeriksaan gradasi, kandungan lumpur, air yang akan digunakan, yang semuanya harus memenuhi ketentuan dalam PBI 1971.


Penerimaan hasil mix design formula beton, ditulis pada artikel terpisah.

2.  Persiapan dan pemeriksaan material 

Setelah mix design dilakukan dan memenuhi mutu beton yang disyaratkan, pekerjaan dilanjutkan pada fase persiapan material di lapangan. Persiapan tersebut meliputi proses pembersihan lahan, pembuatan lantai kerja, penyediaan material penyusun beton (mulai dari semen, agregat kasar dan halus, bahan tambahan bila ada) sesuai dengan mix design beton yang sudah dilakukan, baja tulangan, material bekisting, hingga alat konstruksi (mulai dari mixer pengaduk beton, serta alat pembantu lainnya).

Setelah material tiba di lokasi material harus diperiksa, tujuannya untuk menjamin material sesuai dengan mutu yang disyaratkan serta menujang kelancaran tahapan konstruksi berikutnya. 

Berikut beberapa point pemeriksaan dan pengawasan yang dilakukan :

2.1  Material semen

Jenis material semen yang disediakan di lokasi harus sesuai dengan material semen yang digunakan pada mix design. Pada 1 proyek umunya harus menggunakan 1 merek semen yang sama, kecuali dengan kondisi harus mengganti merek semen karena ketiadaan material di lokasi. Penggantian merek semen harus diikuti dengan melakukan mix design ulang.

Bagaimana penyimpanan semen? Berikut point utama metode penyimpanan semen di lokasi proyek :


Metode penyimpanan semen yang tidak tepat

  1. Semen harus disimpan dalam gudang tertutup dan terlindung dari air, berventilasi, tidak menempel lantai atau tanah (berada sekitar 30 cm dari permukaan) untuk mencegah kerusakan semen (semen yang menempel permukaan akan lembab dan menggumpal atau mengeras yang akhirnya tidak bisa dan tidak boleh digunakan dalam campuran beton). 
  2. Kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 lapis. 
  3. Penyimpanan semen harus dilakukan terpisah untuk setiap pengiriman serta harus dipakai sesuai urutan pengirimannya. Artinya, semen yang datang ke lokasi lebih dulu, semen itu digunakan lebih dulu juga.
  4. Semen-semen yang menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran-kotoran, kena air, atau lembab tidak boleh digunakan dalam campuran beton.
Semen yang rusak akibat penyipanan yang tidak tepat

Terkait dengan urutan penggunaan semen yang sudah disimpan, pertimbangan semen yang datang pertama harus segera digunakan :
  1. Semakin lama penyimpanan, potensi kerusakan semakin besar (menggumpal, robek, lembab).
  2. Semakin lama semen disimpan, semakin turun mutu beton yang bisa dihasilkan.
Korelasi kuat tekan beton dan lama penyimpanan semen

2.2  Agregat kasar dan halus

Kualitas dan asal agregat kasar yang digunakan harus sesuai dengan yang tercantum laporan dalam mix design beton yang sudah dilaksanakan sebelum pelaksanaan pengecoran. Pemeriksaan di lapangan dilakukan untuk memeriksa kondisi fisik dan kuantitas material. 

Untuk agregat kasar, butiran maksimum berukuran 2,5 cm dan jumlahnya dibatasi tidak lebih dari 25% dari volume material beton yang bersangkutan. Sedangkan agregat halus, harus bebas dari lumpur.

Sama seperti dengan semen, dalam 1 proyek diharuskan menggunakan 1 sumber bahan material yang sama. Penggunaan material yang berbeda dimungkinkan menghasilkan mutu beton yang berbeda pula.  Karena itu, pengecekan ketersediaan material mutlak dilakukan sebelum pegecoran dilakukan dan material dikirim.

Metode penyimpanan material, antar agregat tidak boleh tercampur dan harus terbebas dari material lain (misalnya tercampur sampah).

 2.3  Baja tulangan

Semua material tulangan, baik itu tulangan polos, ulir dan wiremesh, wajib dilakukan pemeriksaan mutu maupun kondisi fisiknya, dengan cara :
  1. Mutu tulangan dinyatakan dengan sertifikat uji tarik (mill certificate) yang dikeluarkan oleh produsen per-batch produksi (bila tidak ada sertifikat tersebut, harus dilakukan uji tarik). Sertifikat hasil uji tersebut harus diserahkan sebelum tulangan dikirim ke lokasi proyek, untuk menghindari ketidaksesuaian spesifikasi dan akhirnya diharuskan melakukan pengiriman ulang.
  2. Tulangan yang tiba di lokasi proyek harus dicocokkan dengan mill certificate yang diberikan, dengan cara mencocokkan name plate yang ada pada tulangan, apakah cocok dengan yang tertera pada mill certificate atau tidak. Name plate ini umumnya berupa kode yang mencantumkan merek, mutu, serta jenis tulangan.
  3. Diameter tulangan dicek secara acak, dengan mengambil sampel dari keseluruhan material yang dikirim ke lokasi. Pemeriksaan diameter sampel tulangan dilakukan di posisi kedua ujung dan tengah tulangan, dan dihitung rata-ratanya. Toleransi diameter mengacu pada SNI 07-2052-2002 tentang Baja Tulangan Beton
  4. Sebelum tulangan digunakan, permukaan tulangan harus bersih dari karat, minyak, atau bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat tulangan dengan beton.
Untuk pemeriksaan material tulangan ulir, pemeriksaan 'rusuk' tulangan dilakukan lebih detail, dengan cara :  
  • posisi rusuk letaknya miring terhadap poros batang
  • mempunyai lintasan berbentuk sabit yang rata
  • tinggi rusuk ≥ 0,05 Ø tulangan 
  • jarak sumbu ke sumbu rusuk ≤ 0,7 Ø tulangan 
  • sudut antara rusuk dengan poros batang 45º 

Pengecekan diameter tulangan ulir D16

Perlu diingat bahwa yang dinyatakan diameter tulangan ulir adalah pada posisi 'polosnya', bukan pada posisi 'ulirnya atau rusuknya'.

Tulangan dengan karat, harus dicek sebagai berikut :
  • kondisi karat, apabila digosok dengan amplas tidak meninggalkan cacat pada permukaan tulangan (merubah diameter tulangan) atau disebut karat ringan, dapat diabaikan
  • apabila karat tersebut meninggalkan cacat pada tulangan, bagian tersebut harus dicek diameter tulangan apakah masih memenuhi batas toleransi seperti tercantum dalam SNI Baja Tulangan Beton
  • prosentase toleransi karat pada tulangan yang bisa diterima mengacu pada SNI Baja Tulangan Beton


Cara penyimpanan tulangan yang buruk

Penyimpanan tulangan dilakukan dengan meletakkan tumpuan di bawah tulangan agar tidak menyentuh permukaan dan menutup tumpukan tulangan (ditutup terpal) untuk menjaga serta mengurangi pengaruh cuaca yang berpotensi menimbulkan karat pada tulangan. Penyimpanan tulangan lebih baik dipisahkan berdasarkan diameter yang digunakan, untuk kemudahan pengecekan jumlah ketersediaan dan penggunaan tulangan. 

Apabila dari hasil pengecekan di lapangan diperoleh tulangan yang tidak memenuhi spesifikasi mutu yang disyaratkan, maka dilakukan alternatif :
  1. Pengiriman ulang tulangan sesuai dengan spesifikasi mutu yang disyaratkan.
  2. Konversi atau penyesuaian luasan tulangan, antara tulangan aktual di lapangan terhadap tulangan sesuai spesifikasi mutu yang disyaratkan (dengan persetujuan dan pertimbangan teknis).
  3. Konversi tidak boleh digunakan untuk mengganti tulangan ulir dengan tulangan polos dengan jalan menambah luasan tulangan.
Tulisan tentang konversi tulangan beton, ditulis pada artikel terpisah.

2.4  Air 
 
Air  untuk  campuran dan pemeliharaan beton harus dari air bersih dan tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton. Zat yang merusak beton, dalam hal ini sesuai dengan yang diatur dalam PBI 1971 pasal 3.6, artinya tidak mengandung minyak, asam, garam.

2.5  Material bekisting 

Bekisting harus berasal dari material yang kuat, artinya tidak mudah berubah bentuk pada saat beton dituang dan kedap air, tidak bocor dan tidak menyerap air dari campuran beton. Secara praktis, bahan bekisting dapat dibuat dari papan kayu kelas II yang cukup kering dengan tebal minimum 2 cm atau panel-panel plywood dengan tebal minimum 12 mm.

Berikut tabel komparasi beberapa material beksiting :


Komparasi material bekisting

Kontrol kualiatas pemasangan bekisting, sebagai berikut :
  1. Pemasangan bekisting harus rapi dan kaku sehingga setelah dibongkar memberikan bidang rata dan hanya memerlukan sedikit penghalusan.
  2. Celah-celah papan bekisting harus rapat, sehingga pada waktu pengecoran tidak ada air adukan yang keluar (bleeding). 
2.6  Bahan Tambah
Pengertian secara bahan tambah (adimixture) berdasarkan ACI (American Concrete Institute) adalah material selain air, agregat (kasar maupun halus) dan semen yang dicampurkan dalam beton yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung.
Tujuan penggunaan bahan tambah dalam campuran beton untuk meingkatkan kualitas beton, meliputi :
  1. Meningkatkan performa beton, misalnya ketahanan beton terhadap asam.
  2. Meningkat mutu beton, untuk mencapai nilai kuat tekan tinggi.
  3. Meningkatkan kemudahan pekerjaan (workability), misalnya dengan memperpanjang waktu setting sehingga memudahkan dalam penuangan dan pembetukan beton dalam cetakan.
  4. Dan lain sebagainya
Bahan tambah itu sendiri dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
  1. Bahan tambah kimia, misalnya bahan tambahan cairan kimia yang ditambahakan untuk mengendalikan setting time.
  2. Bahan tambah mineral, merupakan mineral tambahan yang berupa bahan padat dihaluskan seperti fly ash dan silika fume. 
Sebagai contoh, jenis bahan tambah yang digunakan pada campuran beton untuk meningkatkan ketahanan beton terhadap asam, digunakan bahan tambah kimiawi produk dari SIKA yang merupakan kombinasi dari dua tipe yang digunakan bersamaan yaitu :
  • SIKAFume, dengan dosis 5% dari berat semen yang digunakan.
  • SIKAment-LN, dengan dosis 1% dari berat semen yang digunakan.
Pedoman dalan penggunaan bahan tambah dalam campuran beton adalah :
  1. Sudah dilakukan trial mix beton dengan bahan tambah tersebut untuk mendapatkan kadar campuran beton yang diperlukan. Dan hasil pengujian trial mix tersebut memenuhi semua aspek beton yang dipersyaratkan, baik dari kuat tekan maupun karakteristik beton lainnya.
  2. Penggunaan bahan tambah harus sesuai dengan petunjuk teknis dari pabrik pembuat.
  3. Bahan tambah yang digunakan dalam campuran beton tidak boleh memperlemah kekuatan beton dan harus merupakan jenis bahan tambah yang khusus dicampurkan ke dalam adukan beton (tepat peruntukannya).
  4. Material bahan tambah yang dikirim ke lapangan harus dicocokkan dengan material yang digunakan alam trial mix beton, baik tipe dan merk nya. 

3.  Pekerjaan Pembetonan

Setelah semua material penyusun beton dinyatakan memenuhi spesifikasi teknis yang dipersyaratkan, tahapan selanjutnya ada pekerjaan pembetonan. Tahapan pekerjaan ini meliputi pekerjaan bekisting, penulangan, pengadukan beton, penuangan dan perawatan beton setelah dituang.

3.1  Pekerjaan Bekisting (form work)

Sistim bekisting adalah pembentuk dan acuan cetakan beton sementara, namun perannya sangat vital dalam menjamin kualitas akhir beton, terutama dalam hal dimensi. Karena, penyusutan dimensi beton akibat beiksting yang buruk dapat mengakibatkan perlemahan kekuatan struktur beton.


Pabrikasi Bekisting

Syarat sistem bekisting sebagai penopang adukan beton :
  1. Sistem bekisting yang digunakan tidak boleh bocor, cukup kuat, dan kaku sehingga tidak berubah bentuk (tidak boleh melendut).
  2. Permukaan bekisting harus halus dan rata, tidak boleh ada lekukan dan lubang-lubang.
  3. Sambungan-sambungan pada bekisting harus lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal bila digunakan untuk permukaan yang tidak diplester (exposed concrete).
  4. Bekisting harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton.
  5. Struktur tiang penyangga harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga cukup kuat dan kaku, tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama pengecoran dilakukan.
Waktu minimum selesainya pengecoran beton sampai dengan pembongkaran bekisting dari bagian-bagian struktur harus ditentukan dari percobaan-percobaan kubus benda uji yang memberikan kuat desak minimum yang dipersyartakan. 

Secara teori acuan pembongkaran bekisting saat tercapainya kuat tekan beton untuk menahan berat sendiri elemen struktur tersebut. Jangka waktunya ditentukan dari hasil uji sampel beton pengecoran di lapangan.

Waktu pelepasan bekisting secara praktis disajikan dalam tabel berikut :


Acuan Waktu Pembongkaran Bekisting

3.2  Pekerjaan Penulangan
 
Pabrikasi Tulangan

 Pedoman pekerjaan pabrikasi tulangan di lapangan meliputi :
  1. Pemasangan tulangan, pembengkokan tulangan, sambungan, dan pemasangan sengkang harus sesuai dengan acuan standar yangi digunakan, sperti : PBI 1971 dan SK SNI T-15-1991-03.
  2. Pemasangan tulangan (baik jumlah, diameter, dan jarak tulangan yang digunakan) harus sesuai dengan gambar desain.
  3. Tulangan beton harus diikat dengan kuat menggunakan kawat beton untuk menjamin agar tulangan tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran.
  4. Tulangan penyangga (kaki ayam / propping stirup) harus dipasang setiap jarak 1 m pada struktur beton yang memiliki tulangan atas dan bawah pada daerah penulangan yang luas, contohnya penulangan pada jalan, lantai, blok pondasi. Hal ini bertujuan untuk memastikan agar tidak terjadi lendutan pada tulangan atas.
  5. Tulangan pinggang / antara harus dipasang pada struktur yang memiliki jarak lebih dari 600 mm antara tulangan atas dan bawah. Tulangan pinggang / antara harus memiliki diameter minimal sama dengan tulangan atas dan / atau bawah yang dihubungkan.
  6. Beton decking dipasang antara tulangan dan bekisting untuk menjaga jarak antara tulangan dan bekisting sehingga didapatkan selimut beton dengan ketebalan yang diinginkan. Beton decking harus dibuat dari bahan dengan kekuatan minimal sama dengan beton utama yang akan dicor, dan harus dilengkapi dengan kawat beton.
3.3  Persiapan Pengecoran

Sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai, semua alat pengaduk dan pengangkut beton harus dalam keadaan bersih serta siap untuk dipakai.

Tulangan-tulangan yang telah dipabrikasi harus sudah terpasang dengan baik sesuai dengan gambar desain begitu pula dengan pemasangan bekisting.

Permukaan sebelah dalam dari bekisting harus sudah dibersihkan dari bahan-bahan lepas, kotoran-kotoran, maupun potongan kawat / besi. Khusu untuk material bekisting yang terbuat dari kayu, di mana dikhawatirkan adanya pengisapan air oleh kayu, harus terlebih dahulu dibasahi hingga jenuh.


3.4  Pencampuran Beton (concrete mixing)

Proporsi material beton harus dicampur mengacu pada hasil trial mix yang sudah dilakukan, baik untuk material semen, agregat, air dan bahan tambah lainnya. Untuk itu, evaluasi penerimaan hasil trial mix beton merupakan salah 1 peran penting dalam menentukan kualiatas beton di lapangan.

Pencampuran beton harus menggunakan concrete mixer. Mixer harus dibersihkan dan dicuci setiap selesai pekerjaan pembuatan beton. Dalam hal ada sisa beton dalam concrete mixer, pencampuran kembali beton yang sudah mengeras tidak diizinkan.

Untuk menjamin kelancaran pekerjaan pencampuran semen, harus dilakukan :

  1. Memastikan ketersediaan air untuk pengecoran, misalnya apakah harus membuat bak penampung karena sumber air jauh.
  2. Menyiapkan bak ukur (Dolak), dibuat sesuai dengan ukuran berdasarkan perhitungan trial mix beton. Bak ukur ini akan dipergunakan sebagai takaran pada proses pencampuran material beton.
  3. Mengatur penempatan material (semen, agregat dan bahan tambah) dan juga penempatan concrete mix untuk kemudahan mobilisasi material dalam proses pencampuran beton.
  4. Memastikan  kondisi peralatan dalam keadaan baik dan layak pakai.

Terkait dengan penggunakan concrete mixer, hal-hal yang harus menjadi pedoman :

  1. Bagian dalam dari wadah alat pengaduk harus cukup basah, sehingga tidak menambah atau mengurangi faktor air semen dalam campuran beton.
  2. Material agregat yang digunakan, seperti pasir dan kerikil, harus dalam keadaan SSD (saturated surface dry) untuk menjada agar nilai faktor air semen yang tetap untuk setiap pengadukan.
  3. Concrete mixer tidak boleh diisi melebihi kapasitasnya, karena akan menyebabkan bahan tumpah sehingga proporsi campuran beton menjadi tidak tepat. 
  4. Lamanya waktu pengadukan sesuai kapasitas concrete mixer, dapat mengacu pada tabel berikut :
Waktu Pengadukan Concrete Mixer
  
3.5  Penuangan Beton

Beton dapat dituang setelah dilakukan pemeriksaan dan disetujui hasil pekerjaan bekisting, tulangan, dan lain-lain. 

Point utama yang harus diperhatikan pada saat penuangan beton ke dalam bekisting antara lain :

  1. Kekentalan (konsistensi) adukan beton harus terus-menerus diawasi dengan melakukan slump test pada setiap campuran beton baru.
  2. Adukan beton harus sudah dicor dalam waktu kurang dari 30 menit setelah pengadukan dengan air dimulai.
  3. Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m. Jika pengecoran dilakukan dengan tinggi jatuh lebih besar dari 1,5 m harus menggunakan alat bantu pipa tremie. Pengecoran harus dilaksanakan dengan menghindari terjadinya segregasi dan menjamin satu pengecoran yang tidak terputus. Pengecoran tidak boleh mengakibatkan perubahan posisi tulangan.
  4. Pengecoran harus dilakukan sebaik mungkin dengan menggunakan alat penggetar untuk menghasilkan beton yang padat (tidak keropos) dan harus dihindarkan terjadinya cacat beton yang dapat memperlemah konstruksi.
  5. Alat penggetar harus masuk dalam arah tegak lurus. Penggetaran tidak boleh dilakukan terlalu lama (overvibration), karena dapat menyebabkan terjadinya segregasi. Dan penggetaran tidak boleh dilakukan pada beton yang telah mengalami initial setting karena beton akan menjadi plastis akibat getaran.
Metode umum penuangan beton pada elemen struktur kolom, balok dan pelat lantai, sebagai berikut :
  1. Penuangan beton pada elemen kolom dilakukan melalui pipa penghantar (tremie) sampai di bawah kolom. Bila penuangan dilakukan dari atas dengan ketinggian penuangan mencapai 3 – 4 m, beton yang dituang akan menumbuk tulangan dan bagian dasar, menyebabkan agregat kasar terlempar keluar dari adukan sehingga terjadi segregasi. Bila tidak menggunakan tremie, pengecoran dilakukan melalui bukaan di dinding bekisting bagian bawah untuk mengurangi tinggi jatuh penuangan.
  2. Pada elemen struktur balok dan pelat lantai, penuangan sebaiknya dilakukan berlawanan terhadap arah pengecoran atau menghadap beton yang telah dituang.
3.6  Pemadatan Beton
 
Pemadatan beton dilakukan segera setelah beton dituang, dan sebelum terjadi waktu setting awal dari beton segar.

Setting beton segar di lapangan  dapat diperiksa dengan menusuk tongkat ke dalam beton tanpa kekuatan dan dapat masuk 10 cm. 
 
Tujuan pemadatan beton segar adalah untuk menghilangkan rongga-rongga udara sehingga dapat mencapai kepadatan maksimal.

Tingkat kepadatan yang dapat dicapai bergantung pada:
  1. Komposisi bahan beton.
  2. Cara dan usaha pemadatan di lapangan.
Pemadatan umumnya dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara manual atau menggunakan alat getar mekanis (vibrator).

Pemadatan dengan cara manual dilakukan dengan menusukkan sebatang tongkat atau besi tulangan ke dalam adukan beton yang telah dituang secara berulang-ulang, atau dengan menumbuk beton segar dengan alat penumbuk. Pemadatan dengan penumbukan dilakukan bila pengecoran beton dengan air yang sangat sedikit, atau campuran yang kaku. Pemadatan dengan penusukan tongkat dilakukan terhadap beton yang cukup plastis.  

Pemadatan secara mekanis paling banyak dengan menggunakan jarum penggetar yang terdiri dari mesin dan selang karet dengan ujung baja lancip yang bergetar dengan jumlah getaran antara 3000 sampai 12000 getaran per menit.

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat dilakukan pemadatan adalah :
  1. Pemadatan dilakukan sebelum waktu setting, biasanya antara 1 sampai 4 jam bergantung apakah ada pemakaian admixture.
  2. Alat pemadat tidak boleh menggetar pembesian, karena akan menghilangkan/melepaskan kuat lekat antara besi dengan beton yang baru dicor dan memasuki tahap waktu setting (setting time).
  3. Pemadatan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari bleeding, yaitu naiknya air atau pasta semen ke atas permukaan beton dan meningggalkan agregat di bagian bawah. Hal ini dapat menimbulkan permukaan kasar (honeycomb) di bagian bawah, dan beton yang lemah di dekat permukaan karena hanya terdiri dari pasta semen.
  4. Untuk pengecoran bagian yang sangat tebal atau pengecoran massal, penuangan dan pemadatan dilakukan berlapis-lapis. Tebal setiap lapisan tidak boleh lebih dari 500 mm.
3.7  Perawatan Beton
 
Tujuan perawatan beton adalah memelihara beton dalam kondisi tertentu pasca-pembukaan bekisting (demoulding of form work) agar optimasi kekuatan beton dapat dicapai mendekati kekuatan yang telah direncanakan.
 
Setelah campuran beton dituang, harus dilindungi dari pengaruh panas matahari sehingga tidak terjadi penguapan cepat. Beton harus dibasahi minimal selama dua minggu setelah pengecoran.

Air yang dipergunakan untuk pembasahan permukaan beton harus bersih dari bahan kimia yang berpotensi menimbulkan kerusakan pada beton.
 
Pembasahan permukaan beton secara terus menerus harus dipadukan dengan proteksi terhadap penguapan air segera setelah pengecoran. Alternatif cara yang paling umum digunakan yaitu dengan menyelimuti permukaan beton menggunakan sejenis karung goni basah yang ditutupkan langsung pada permukaan beton.
 
Dengan kondisi curing normal, beton akan mengeras secara perlahan. Perawatan beton harus dipertahankan minimal 14 hari untuk mendapatkan kekuatan akhir yang mendekati kekuatan beton yang dirawat 28 hari. Dengan mengerasnya pasta beton, akan terbentuk penampang beton sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
 
4.  Kesimpulan
 
Pelaksanaan pengecoran beton di lapangan harus sesuai dengan prosedurnya termasuk perawatan beton pasca konstruksi, agar mutu beton dalam pelaksanaannya secara optimum mendekati mutu beton hasil penelitian di laboratorium.