Saturday 20 December 2014

Checklist Pekerjaan Pemancangan


Pile Driving-1
Pile Driving-1
Kualitas suatu pekerjaan ditentukan dari bagaimana pekerjaan tersebut dimulai. Bila starting point nya sudah bagus - bukan berarti nanti 100% tidak akan timbul issue dan problem selama pelaksanaan - setidaknya hal ini akan memudahkan dan menekan issue yang tidak perlu muncul. 

Tulisan ini akan mencoba memberikan gambaran point besar apa saja yang harus diawasi, dikontrol dan dijaga untuk mencapai hasil pekerjaan pemancangan yang baik dan memuaskan.







a.  Persiapan
  1. Mendapatkan jadwal pengiriman, jumlah dan jenis material pancang.
  2. Mendapatkan spesifikasi alat pancang.
  3. Mendapatkan sertifikat material pancang.
  4. Mendapatkan prosedur pemancangan.
  5. Menentukan rumus final set.
  6. Mendapatkan data soil test.
  7. Memonitor mobilisasi material pancang.
  8. Memonitor mobilisasi alat kerja.
  9. Memonitor mobilisasi tenaga kerja.

b.  Persiapan di Lapangan
  1. Menentukan titik pancang.
  2. Memastikan akses alat pancang ke lokasi titik.
  3. Memonitor proses unloading material pancang.
  4. Memastikan posisi material pancang terhadap titik pancang dan perletakannya.
  5. Memonitor perakitan alat pancang.
  6. Memeriksa kelengkapan alat kerja (teodolit, mesin las, kawat las, cat primer, solar).
  7. Memastikan pembuatan marka per 50 cm di tiang pancang.
  8. Memastikan pengecatan tiang pancang baja (bila diperlukan).
  9. Membuat Bench Mark (BM) pancang utk monitor posisi dan level tiang pancang.

c.  Cek Fisik Material Pancang di Lapangan
  1. Cek fisik dengan alat ukur  :
    • Dimensi.
    • Tebal Pelat.
    • Kombinasi dan jumlah tipe segmen.
  2. Cek fisik pancang dengan visual  :
    • Retak dan pecah.
    • Sarang beton.
    • Perapian PC wire pada pelat dan pensil.
    • Can anti karat pelindung pelat.
    • Marking tanggal produksi, manufaktur dan batch number.
  3. Umur beton saat pengiriman.

d.  Memonitor Pelaksanaan Pemancangan
  1. Memonitor ketegaklurusan tiang pancang.
  2. Memonitor tinggi jatuh hammer dan efisiensi alat.
  3. Membuat driving log per 50 cm.
  4. Memonitor penyambungan antar tiang pancang (ketegaklurusan, pengelasan dan pengecatan).
  5. Memastikan jumlah pukulan total (overblow)
  6. Memonitor pengambilan kalendering. 
  7. Memastikan daya dukung tiang pancang berdasarkan final set.
  8. Memastikan level pemotongan tiang (overstek, level terhadap pondasi).
  9. Membuat laporan harian (cuaca, aktifitas).
KalenderingWelding Pile Joint
  
e.  Memonitor Pelaksanaan Pile Driving Analyzer Test (PDA Test)
 
PDA Preparation-1
  1. Memastikan jadwal pelaksanaan PDA (akses ke titik pancang, ketersediaan alat, urgensi).
  2. Menentukan titik pancang yang ditest.
  3. Monitor pengeboran tiang pancang utk alat sensor.
  4. Monitor tinggi jatuh hammer saat test.
  5. Mendapatkan hasil data lapangan PDA test.
  6. Memastikan kesesuaian daya dukung PDA test dengan rumus final set.

f.  Penanggulangan Kegagalan Titik Pancang
  1. Memastikan penyebab kegagalan titik (patah, retak, overblow, final set, kedalaman).
  2. Mengkonfirmasi penanggulangan kegagalan (sisip titik pancang, pengurangan beban, cor).
  3. Memastikan ketersediaan material pancang (bila sisip titik pancang).
  4. Memastikan akses ke titik pancang (bila sisip titik pancang).
  5. Melaksanakan penanggulangan kegagalan.
 
Pecah Kepala Tiang

 g.  Penyelesaian Pekerjaan
  1. Membuat Laporan Lapangan (kompilasi laporan harian, driving log, kalendering, daya dukung).
  2. Mendapatkan Laporan Final PDA Test.
  3. Memeriksa penurunan tiang pancang terhadap BM pancang.
  4. Membuat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan.
  5. Memonitor kesesuaian volume pekerjaan dan pembayaran tagihan.

Dengan terpenuhinya semua point di atas pasti membantu tercapainya kualitas pekerjaan pemancangan yang sangat baik dan akan bisa menekan issue maupun problem - baik teknis maupun non-teknis. Jika saja ternyata tetap saja muncul karena semua tercatat dan ketika beradu argument berdasar data yang valid.

Review Perhitungan Luas Tulangan Beton

Pada pelaksanaan pekerjaan struktur beton bertulang di lapangan, terkadang diperlukan review ulang terhadap luas tulangan beton, terutama apabila ada penggantian atau ketidak sesuaian antara ketersediaan material di lokasi proyek dengan spesifikasi desain awal.

Konversi atau perubahan desain penulangan mutlak diperlukan bila terjadi kondisi seperti di atas, namun ketentuan dasar dalam konversi yang harus diperhatikan yaitu :
  1. Jangan dicampur antara jenis tulangan yang berbeda mutu (fy) dalam satu penampang untuk satu macam pemakaian tulangan (tulangan lentur, tulangan tekan atau sengkang geser).
  2. Sebisa mungkin tidak melakukan perubahan penampang struktur beton bertulang yang dikonversikan tulangannya.
  3. Setelah dilakukan konversi, perlu diperiksa kembali pengaturan penempatan tulangan tidak melanggar ketentuan jarak minimum maupun maksimum antar tulangan.
Batasan penempatan jarak bersih minimum antar tulangan dalam struktur beton (sesuai dengan SNI 03-32847-2002 point 9.6.1 maupun PBI 1971 point 8.16) yang secara umum menyebutkan tidak boleh kurang dari db (diameter tulangan) atau 25 mm.

Dalam beberapa kasus yang pernah ditemui terkait dengan konversi jumlah tulangan struktur beton, ada 2 macam kasus, yaitu :
  1. Tulangan di lokasi proyek dengan diameter tulangan sesuai desain teknis namun mutu baja tidak memenuhi desain awal. 
  2. Tulangan di lokasi proyek dengan diameter tulangan tidak sesuai desain teknis sedangkan mutu baja tulangan memenuhi desain awal. 
Dari kedua kasus tersebut cara konversi yang dilakukan hampir mirip dengan hasil akhir adalah perubahan jumlah/luasan tulangan, berikut akan disajikan perhitungan konversi yang sering dilakukan pada saat review luas tulangan beton, sebagai sharing dan bahan diskusi.

A.  Review Tulangan Dengan Mutu Berbeda Dari Desain

Karena kondisi tulangan berbeda mutunya maka perlu dilakukan perhitungan dari awal. Contoh kondisi kasus  :
  1. Mutu baja sesuai dengan desain awal BJTD-40 
  2. Mutu baja tulangan di lokasi proyek BJTD-35 
  3. Review perhitungan luas tulangan dari dua jenis baja tulangan dengan mutu berbeda tersebut dijabarkan pada tabel di bawah  :
  4. Gb. 1 - Tabel perhitungan konversi tulangan
    Gb. 1 - Tabel perhitungan konversi tulangan
  5.  Kesimpulan dari perhitungan di atas adalah, apabila baja tulangan dengan mutu BJTD-35 tetap akan digunakan, maka luas tulangannya 1,12 (pembulatan dari 1,1143) kali lebih besar dari desain awal yang menggunakana baja tulangan dengan mutu BJTD-40
  6.  Bila dengan baja tulangan BJTD-40 tulangan desain D13-150 dengan luas 7,964 cm2, maka dengan baja tulangan BJTD-35 tulangan menjadi D13-130 dengan luas 9,189 cm2.
Apabila menginginkan cara cepat dalam review luasan tulangan berdasarkan perbedaan mutu baja tulangan, dilakukan dengan cara membandingkan antar mutu baja tulangan, dimana selisih perbandingan antara kedua mutu tulangan itulah sebagai dasar penambahan jumlah luas tulangan yang akan digunakan.

Pada contoh kasus di atas, mutu baja tulangan lebih rendah dari desain 390 MPa yaitu 350 MPa, maka dari perbandingan tersebut luas tulangan harus ditambah 11% lebih banyak. Hasilnya sama dengan review perhitungan sesuai tabel di atas.



Saturday 29 November 2014

Review Pengujian Sampel Beton Sebagai Penerimaan Job Mix Desain

Dalam mendapatkan suatu mutu beton serta sebagai pedoman dalam pengendalian mutu beton (quality control) pada pelaksanaan beton dilapangan, perlu dilakukan serangkaian pemeriksaan dan pengujian laboraturium pada bahan-bahan (agregat) yang akan digunakan untuk pembuatan beton tersebut.

Job mix desain dapat didefinisikan sebagai proses merancang serta memilih bahan campuran dan menentukan proporsi relatif dengan tujuan memproduksi beton sesuai dengan spefisikasi mutu yang disyaratkan.

Beberapa parameter persyaratan minimum perancangan campuran beton yang harus diperhatikan dalam desain beton (seperti tercantum dalam PBI 1971 maupun SNI Beton 2002) antara lain  :
  1. Kuat tekan minimum yang didapat dari pertimbangan structural
  2. Kemudahan pengerjaan yang dibutuhkan untuk pemadatan sesuai dengan peralatan pemadatan yang tersedia
  3. Faktor air-semen (fas) maksimum dan/atau kandungan semen maksimum untuk memberikan ketahanan yang cukup sesuai dengan kondisi-kondisi lokasi pengerjaan
  4. Kandungan semen maksimum untuk menghindari penyusutan, keretakan akibat siklus temperatur dalam massa beton
Pengujian hasil campuran beton tersebut kemudian akan diuji dengan benda uji kubus/silinder setelah dicapai umur beton tertentu untuk mengetahui mutu berapa sebenarnya mutu beton yang diperoleh.

Metode perhitungan dan pemilihan material campuran beton tidak akan dijelaskan di sini karena tulisan kali ini akan mengulas bagaimana evaluasi tes benda uji beton kubu/silinder sebagai evaluasi mix desain yang dilakukan telah mencapai mutu beton yang disyaratkan.
Dikutip dari PBI 1971 point 4.5 Mutu Pelaksanaan dan Kekuatan Tekan Beton Karakteristik, menyatakan bahwa :
Beton adalah suatu bahan konstruksi yang mempunyai sifat kuatan tekan yang khas, yaitu apabila digunakan dengan sejumlah besar benda-benda uji, nilainya akan menyebar sekitar suatu nilai rata-rata tertentu. Penyebaran dari hasil-hasil pemeriksaan ini akan kecil atau besar bergantung pada tingkat kesempurnaan dari pelaksanaannya. Dengan menganggap nilai-nilai dari hasil pemeriksaan tersebut menyebar normal (mengkuti lengkung dari Gauss) maka ukuran besar kecilnya penyebaran dari nilai-nilai hasil pemeriksaan tersebut menjadi ukuran dari mutu pelaksanaannya.
Berdasarkan ketentuan di atas, berikut akan disajikan bagaimana evaluasi pengujian sampel beton yang sering saya lakukan (sesuai dengan PBI 1971), sebagai referensi, berbagi dan mungkin koreksi serta masukan bila ada point yang terlewat dari apa yang selama ini saya lakukan.

a. Laporan hasil uji sampel beton

Berikut disajikan contoh laporan pengujian sampel beton berdasarkan hasil job mix desain. Data job mix desain sebagai berikut  :
  1. Mutu beton desain K-225 (benda uji kubus dengan sisi 15 cm) yang artinya memilki kuat tekan beton pada umur 28 hari sebesar 225 kg/cm2
  2. Campuran beton normal tanpa addictive 
  3. Agregat halus pasir alami dan agregat kasar batu pecah/split
  4. Semen yang digunakan semen type I (berhubungan dengan penggunaan tabel konversi umur terhadap kuat tekan beton)
  5. Peruntukan beton adalah untuk struktur pondasi
Data pengujian sampel beton
Gb. 1 - Data pengujian sampel beton

b. Tabulasi hasil pengujian sampel beton

Untuk memudahkan evaluasi hasil pengujain sampel beton perlu disusun dalam tabulsi perhitungan yang menampilkan sekaligus parameter yang akan ditinjau, antara lain  :
  1. Jenis benda uji, kubus atau silinder 
  2. Umur benda uji, berkaitan dengan konversi umur terhadap kuat tekan beton
  3. Standar deviasi, menunjukkan mutu pelaksanaan
  4. Faktor air semen dan jumlah semen minimum sesuai dengan kondisi beton dalam struktur
  5. Nilai slump sesuai dengan peruntukan beton dalam struktur
Tabulasi data hasil pengujian sampel beton
Gb. 1 - Tabulasi data hasil pengujian sampel beton



 b.1 Jenis benda uji

Benda uji dalam pengujian adalah kubus sisi 15 cm sehingga nilai hasil pengujian tersebut bisa langsung dilakukan analisa statistik. Terkait dengan benda uji dalam PBI 1971 dinyatakan terdapat perbedaan kuat tekan berdasarkan masing-masing benda uji, sebagai berikut  :

Perbandingan kuat tekan berbagai benda uji
Gb. 3 - Perbandingan kuat tekan berbagai benda uji

b.2 Umur benda uji

Umur mutu beton yang disyaratkan K-225 merupakan besarnya kuat tekan beton berumur 28 hari, namun untuk pengujian sampel beton tidak perlu menunggu hingga  umur beton mencapai 28 hari. Kuat tekan beton umur 28 hari bisa diprediksi dengan menggunakan tabel konversi umur terhadap kuat tekan beton sesuai dengan yang tercantum pada PBI 1971.

Perbandingan kuat tekan beton pada berbagi umur
Gb. 4 - Perbandingan kuat tekan beton pada berbagi umur

Dari data pengujian sampel beton yang diberikan dinyatakan bahwa benda uji berumur 7 hari, maka dalam analisa hasil uji tersebut dikonversikan ke umur 28 hari (dengan cara hasil kuat tekan 7 hari dibagi dengan 0,65).

Yang perlu diingat dalam menggunakan tabel konversi kuat tekan beton adalah jenis semen yang digunakan dalam campuran beton karena konversi tersebut hanya dikhususkan untuk jenis semen seperti yang tercantum dalam tabel.

b.3 Standar deviasi

Rumus standar deviasi seperti yang tercantum dalam PBI 1971 adalah sebagai berikut  :

Rumus standar deviasi
Gb.5 - Rumus standar deviasi

Peritungan standar deviasi dalam analisa ini memiliki beberapa peranan, antara lain  :
  • mengetahui kualitas/mutu pelaksanaan, dalam PBI 1971 ditabelkan hubungan antara mutu pelaksanaan dengan besarnya sebagai berikut  :

Mutu pelaksanaan diukur dengan standar deviasi
Gb. 5 - Mutu pelaksanaan diukur dengan standar deviasi

  • menentukan kuat tekan beton karakteristik, dalam PBI 1971 mutu beton karakteristik dengan menganggap bahwa hasil pengujian sampel beton mengikuti sebaran normal (lengkung Gauss) dan dengan 5% kemungkinan adanya nilai kuat tekan yang tidak memenuhi syarat mutu beton dirumuskan sebagai berikut  :

Kuat tekan beton karakteristik
Gb. 6 - Kuat tekan beton karakteristik

Hasil perhitungan sesuai dengan yang ditampilkan pada tabulasi data hasil pengujian, nilai standar deviasi sampel beton 18,24 dan dengan nilai tersebut diperoleh kuat tekan beton karakteristik sebesar 273,86 kg/cm2.

b.4  Faktor air semen dan jumlah semen minimum

Faktor air semen berhubungan  kekentalan (konsistensi) beton, yang besarannya disesuaikan dengan cara transportasi beton ke lokasi pengecoran, cara pemadatan, jenis konstruksi dan kerapatan tulangan. Faktor air semen dan jumlah semen minimum dengan berbagai kondisi beton sudah ditetapkan dalam PBI 1971 sebagai berikut  :

Faktor air semen dan jumlah semen minimum
Gb. 7 - Faktor air semen dan jumlah semen minimum

Hasil analisa sesuai dengan yang ditampilkan pada tabulasi data hasil pengujian, besarnya faktor air semen yang digunakan 0,51 dan jumlah semen per m3 beton sebesar 386 kg.

b.5 Nilai slump

Kekentalan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian slump. Adukan beton untuk keperluan pengujain slump harus diambil langsung dari mesin pengaduk beton. Ukuran besarnya nilai slump dengan menggunakan kerucut Abrams (sebuah kerucut terpancung dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm). Untuk mencegah adukan beton yang terlalu kental atau bahkan terlalu encer maka PBI 1971 menyajikan nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton sebagai berikut  :

Nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton
Gb. 8 - Nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton

Hasil pengujian sampel beton di atas memiliki nilai slump sebesar 9,00 cm.

c. Kesimpulan

Dari hasil perhitungan serta analisa terhadap pengujian sampel beton, dan dibandingkan dengan persyaratan minimum perancangan campuran beton sesuai dengan PBI 1971, dapat disimpulkan  :
  • Benda uji sampel beton yang digunakan kubus sisi 15 cm
  • Sampel beton saat diuji berumur 7 hari
  • Standar deviasi hasil pengujian sebesar 18,24 
  • Kuat beton karakteristik (beton umur 28 hari) 273,86 kg/cm2  >  dari mutu beton yang disyaratkan 225 kg/cm2
  • Faktor air semen 0,51  <  nilai faktor air semen maksimum sebesar 0,55
  • Jumlah semen per m3 beton 386 kg  >  jumlah minimum 325 kg
  • Nilai slump sebesar 9,00 cm, sesuai batas nilai slum 5,0 - 12,5 cm
Maka job mix desain yang  dilakukan telah memenuhi spesifikasi mutu beton yang disyaratkan dan dapat diterima.

Dengan dilakukannya evaluasi job mix desain beton akan lebih dapat menjaga kualitas mutu beton tercapai sesuai dengan mutu yang disyaratkan. 

Sebagai catatan tambahan, umumnya hasil job mix tersebut akan disajikan kembali dalam satuan takaran dolak (alat takar pasir dan batu split berbentuk kotak terbuat kayu dengan dimensi tertentu sesuai proporsi job mix desain yang dilakukan) sebagai pedoman dan memudahkan pelaksanaan serta kontrol di lapangan.

Saturday 15 November 2014

Penyelidikan Tanah

Penyelidikan tanah merupakan fase awal dalam desain konstruksi sipil, seperti contohnya dalam perencanaan pondasi, pemadatan timbunan, bendungan maupun kestabilan lereng. Secara umum maksud dari pekerjaan penyelidikan tanah adalah untuk mendapatkan data teknis atau parameter tanah yang dapat mewakili kondisi tanah setempat untuk digunakan sebagai parameter desain.

Apakah semua desain konstruksi sipil harus melalui fase penyelidikan tanah terlebih dahulu? Berikut beberapa kriteria singkat kondisi konstruksi seperti apa yang harus dilakukan penyelidikan tanah terlebih dahulu :
  1. Konstruksi pada lokasi lapisan tanah pendukung bervariasi.
  2. Konstruksi di area tanpa informasi awal bagaimana kondisi area tersebut.
  3. Bangunan yang penting dan besar (dalam arti dimensi atau beratnya).
  4. Bangunan dengan dampak lingkungan besar apabila bangunan tersebut mengalami kegagalan.
Berikut akan diulas jenis dan uraian pekerjaan yang umum dilakukan pada proses penyelidikan tanah sebagai dasar perencanaan konstruksi terutama dalam desain pondasi.

a. Aspek-aspek yang ingin diketahui dan didapatkan dari penyelidikan tanah
  1. Jenis dan profil lapisan tanah atau batuan secara visual dan terperinci.
  2. Kedalaman tanah keras (hard/dense soil) dan daya dukungnya.
  3. Level muka air tanah (ground water level).
  4. Data Index Properties dan Engineering Properties.
  5. Analisa teknis yang menghasilkan rekomendasi desain untuk jenis pondasi yang akan digunakan, termasuk daya dukung pondasi dangkal, daya dukung pondasi dalam dan penurunan.
  6. Menentukan besarnya tekanan tanah terhadap dinding penahan tanah atau
    pangkal jembatan (abutment).
  7. Analisa teknis yang menghasilkan rekomendasi desain pemadatan/penimbunan.
  8. Menyelidiki keamanan suatu struktur bila penyelidikan dilakukan pada bangunan yang telah ada sebelumnya.
  9. Pada konstruksi jalan raya dan irigasi, penyelidikan tanah berguna untuk menentukan letak-letak saluran, gorong-gorong, pennetuan lokasi dan macam bahan timbunan.
b. Penentuan lokasi dan titik penyelidikan tanah

Secara umum lokasi pekerjaan penyelidikan tanah akan dituangkan dalam sebuah layout desain penyelidikan tanah. Pengukuran dalam menentukan posisi titik penyelidikan tanah bisa menggunakan beberapa cara, antara lain :
  1. Menggunakan meteran ukur terhadap titik acu (benchmark) atau bangunan yang sudah ada di lokasi penyelidikan tanah.
  2. Sistem koordinat.
Dari kedua cara tersebut tentu dengan menggunakan sistem koordinat akan lebih akurat bila dibandingkan tarikan manual dengan meteran, apalagi kalau lokasi tanah yang akan diselidiki masih berupa lahan kosong. Akurat di sini yang dimaksud adalah ketepatan antara titik penyelidikan tanah yang dituangkan dalam gambar teknis dengan lokasi penyelidikan di lapangan.

Layout Penyelidikan Tanah dengan Sistem Koordinat

Idealnya penyelidikan tanah harus dilakukan sedapat mungkin pada titik atau koordinat yang ada pada layout desain penyelidikan tanah. Namun apabila kondisi medan atau kontur di lapangan yang tidak memungkinkan pada titik atau koordinat tersebut tidak memungkinkan, maka pekerjaan penyelidikan tanah boleh digeser maksimal 3 meter dari titik atau koordinat awal.

b.1 Penentuan jumlah titik penyelidikan tanah
 
Jumlah titik penyelidikan tanah yang perlu dilakukan sangat bergantung pada komplekstisitas lapisan tanah dan biaya yang tersedia. Yang jelas semakin jumlah titik penyelidikan tanah maka akan semakin teliti informasi yang di peroleh dari kondisi tanahnya. 

Terzaghi dan Peck merekomendasikan jumlah titik penyelidikan tanah sebagai berikut :
  1. Pondasi bangunan tingkat tinggi dan bangunan industri, paling sedikit diperlukan satu lubang bor pada tiap-tiap sudut bangunan nya dan sebaiknya jarak antar titik tidak lebih dari 15 m.
  2. Untuk jembatan dan bendungan titik penyelidikan tanah diletakkan pada sumbu-sumbu struktur untuk mengetahui apakah pada lokasi tersebut kondis tanah yang ada mampu mendukung beban struktur.
  3. Masih untuk jembatan, titik penyelidikan yang lain diletakkan pada di bawah pangkal jembatan atau pilar.
  4. Pada bendungan titik penyelidikan yang lain dilakukan pada lokasi bangunan pelengkap seperti lokasi bendungan elak.
b.2 Penentuan jarak antar titik penyelidikan tanah

Terzaghi dan Peck menyarankan jarak antar titik penyelidikan tanah sebagai berikut :
  1. Untuk area penyelidikan tanah yang sangat luas, jarak antar titik minimum 30 m dan
    maksimum 60 m.
  2. Untuk proyek jalan raya, penyelidikan tanah dilakukan pada jarak interval 30 m sepanjang jalannya.
Referensi lain mengkorelasikan jarak antar titik penyelidikan tanah dengan jenis tanah yang diselidiki sebagai berikut :
  1. Tanah normal, titik penyelidikan tanah setiap 100 – 200 m.
  2. Tanah lunak (semacam lempung lunak, lanau maupun gambut), titik penyelidikan tanah dilakukan setiap 50 – 100 m.
c. Uraian dan lingkup pekerjaan penyelidikan tanah

Pelaksanaan pekerjaan penyelidikan tanah meliputi 2 (dua) jenis pekerjaan yakni : penyelidikan tanah di lapangan dan penyelidikan tanah di laboratorium.

c.1 Penyelidikan di Lapangan 

Penyelidikan di lapangan meliputi observasi tanah secara visual dan juga pengambilan sampel tanah untuk kemudian dilakukan penyelidikan di laboratorium, berikut secara umum detail penyelidikan di lapangan  :
  1. Penyelidikan dengan pengeboran mesin (core drilling), pengamatan muka air tanah (ground water level observation), deskripsi tanah secara visual (visual soil description), pengambilan sampel tanah (disturbed dan/atau undisturbed sample) untuk penyelidikan di laboratorium.
  2. Penyelidikan daya dukung dan lokasi tanah keras dengan menggunakan standard penetration test (SPT) dan/atau sondir (CPT).
  3. Untuk desain yang memerlukan data permeabilitas tanah (misalnya untuk desain waduk) maka dilakukan pumping test. 
Sebagai catatan, untuk mengoptimalkan kualitas dan hasil penyelidikan tanah di lapangan, untuk pekerjaan boring, SPT, dan sondir untuk satu titik pada suatu area penyelidikan tanah harus dilakukan secara berurutan atau bersamaan agar dapat segera dilakukan perbandingan hasil antara boring, SPT, dan sondir pada satu titik.

c.1.1 Penyelidikan dengan Pengeboran Mesin dan Pengambilan Sampel

Tujuan dari penyelidikan ini adalah  :
  1. Melakukan evaluasi keadaan setiap lapisan tanah secara visual dan terperinci sepanjang kedalaman titik pengeboran.
  2. Pengambilan sampel tanah tak terganggu (undisturbed sample) maupun sampel tanah terganggu (disturbed sample) untuk penyelidikan laboratorium. Acuan standar yang dipakai dalam pengambilan sampel tanah menggunakan SNI ataupun ASTM D 1586 (untuk disturbed sample) dan ASTM D 1587 (untuk undisturbed sample)
  3. Melaksanakan tes SPT (standard penetration test) pada semua titik  pengeboran. 
  4. Kedalaman pengeboran umumnya dilakukan hingga kedalaman tanah keras (karena salah satu tujuan penyelidikan tanah adalah untuk mengetahui posisi lapisan tanah keras) kecuali untuk kasus khusus dimana sudah ditentukan dari awal penyelidikan tanah berapa kedalaman yang diinginkan.
Untuk metode pengambilan sampel tanah, berikut sedikit detail prosedur dan point penting yang harus diperhatikan  :
  1. Pengambilan sampel tidak terganggu (undisturbed sample) dilakukan dari kedalaman 1 meter di bawah level tanah aktual dan setiap perubahan lapisan tanah. 
  2. Jenis tabung yang digunakan untuk pengambilan undisturbed sample adalah jenis thin walled tube sampler. Tidak boleh terdapat cacat pada tabung seperti penyok dan/atau karat yang berlebihan. Seluruh tabung yang dipergunakan harus dalam keadaan bersih.
c.1.2 Pengujian Standard Penetration Test (SPT)

Pelaksanaan pekerjaan SPT berdasarkan standar ASTM D 1586. Ketentuan kedalaman pengeboran dan pengujian SPT sebagai berikut  : 
  1.  Pengujian SPT dilakukan pada kedalaman 1 meter, 2 meter, 3 meter, dan 4 meter di bawah muka tanah asli. Pada kedalaman lebih dari 4 meter di bawah muka tanah asli, pengujian SPT dilakukan setiap interval 2 meter.
  2. Pengujian SPT dilakukan sampai pada kedalaman tanah keras yaitu apabila telah diperoleh nilai N > 50 sebanyak 3 kali berturut-turut (kecuali dalam kasus khusus dimana kedalaman pengujian sudah ditentukan di awal penyelidikan).
  3. Apabila dalam suatu kasus pengujian SPT didapat nilai N > 50 kali sebanyak 3 kali berturut-turut pada kedalaman kurang dari 10 meter di bawah muka tanah asli, maka sebaiknya pengeboran dan pengujian SPT diteruskan sampai kedalaman 10 meter di bawah muka tanah asli.
c.1.3 Pengamatan muka air tanah

Pengamatan muka air tanah dilakukan pada lubang bor setelah elevasi muka air menjadi stabil.

c.1.4 Penyelidikan dengan Sondir (CPT)

Tujuan penyelidikan ini adalah  :
  1. Melakukan evaluasi keadaan dan kedalaman tanah keras.
  2. Mengetahui point resistance dan skin friction.
Untuk penyelidikan tanah ringan maka alat sondir yang digunakan berkapasitas 2,5 ton. Penyelidikan tanah dilakukan dengan menggunakan biconus sampai batas kemampuan alat sondir yang digunakan. Untuk alat sondir kapasitas 2,5 ton umumnya kedalaman yang bisa dicapai +/- 30 m. Penyelidikan sondir dilakukan berdasarkan standar ASTM D 3441.

Perlu menjadi catatan kondisi tanah pada lokasi penyelidikan tanah apabila dominan dengan tanah berbutir kasar (dense coarse soil) besar kemungkinan tidak bisa ditembus dengan alat sondir.

c.1.5 Pengujian Permeabilitas Lapangan  (Pumping Test)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui koefisien permeabilitas tanah umunya diperlukan contohnya pada desain waduk (kolam air).

Apabila dalam suatu rangkaian penyelidikan tanah dilakukan pekerjaan boring, SPT dan pumping test, maka pengujian pumping test bisa saja dilakukan pada lubang bekas pengeboran (atau ditentukan dilokasi lain tergantung dari parameter desain dan data tanah yang ingin diperoleh).

Metode uji pumping test bisa secara Falling Head maupun Constant Head (umumnya konsultan akan memberikan salah satu metode uji pumping test pada saat penyelidikan di lapangan). Untuk cara pelaksaannya ada dua macam pumping yang dilakukan yaitu  :  Pump In dan Pump Out. Kedua cara ini tergantung pada kondisi muka air tanah di lapangan. Jika muka air tanahnya tinggi maka harus dilakukan Pump Out dan jika muka air tanahnya rendah dapat dilakukan Pump In.

Uji permeabilitas bisa juga dilakukan di laboratorium tergantung dari parameter desain dan data yang ingin diperoleh. Umumnya, hasil uji permeabilitas di lapangan sudah cukup untuk dasar desain dan menggambarkan kondisi aktual.

c.2 Penyelidikan di Laboratorium

Penyelidikan di laboratorium merupakan tindak lanjut dari apa yang sudah dilakukan di lapangan, dimana di laboratorium ini akan diolah dan diselidiki lebih lanjut sampel tanah yang sudah diambil dari lokasi penyelidikan lapangan. 

Parameter yang ingin diperoleh dari pengujian laboratorium adalah  :
   
c.2.1 Index properties (undisturbed sample)
  1. Unit weight (berat isi) .............................................. mengacu pada ASTM D 2937.
  2. Specific gravity (berat jenis)..................................... mengacu pada ASTM D 854.
  3. Atterberg limit ........................................................ mengacu pada ASTM D 4318.
  4. Grain size analysis (analisa saringan) ...................... mengacu pada ASTM D 442.  
  5. Water content (kadar air) ........................................ mengacu pada ASTM D 2216. 
c.2.2 Engineering properties pada tanah berbutir halus
  1. Consolidation test .................................................. mengacu pada ASTM D 2435. 
  2. Unconfined compression test .................................. mengacu pada ASTM D 2166
  3. Triaxial Test (CU/UU) .............................................. mengacu pada ASTM D 2850.
 c.2.3 Engineering properties pada tanah berbutir kasar
  1. Direct shear test .................................................... mengacu pada ASTM D 3080
 c.2.4 Penyelidikan disturbed sample
  1. Compaction test .................................................... mengacu pada ASTM D 698. 
  2. CBR (California Bearing Ratio) test .......................... mengacu pada ASTM D 1883
Data tersebut di atas hanya berupa gambaran item pekerjaan apa saja yang termasuk dalam lingkup pekerjaan penyelidikan tanah. Detail dan jumlah item bisa bervariasi kembali lagi bergantung pada parameter desain dan data hasil peyelidikan tanah yang diinginkan.

Friday 3 October 2014

Another Weekend Story - Chapter.2 – Ciwidey, Bandung

Liburan akhir pekan ke luar kota yang :
  1. Bisa ditempuh sehari pulang pergi.
  2. Tidak repot dan tidak begitu capek.
  3. Tidak membutuhkan banyak biaya.
  4. Adem.
Dari beberapa kriteria tersebut, sepertinya Bandung masih menjadi pilihan teratas. Dan itulah yang dipilih pada akhir pekan ini. Bukan tepat pada kota Bandung nya akan tetapi ke arah selatan, ke Ciwidey.

Stasiun Bandung
Stasiun Bandung

Perjalanan dimulai dengan kereta api Argo Parahyangan yang berangkat pukul 05.15 dari stasiun Gambir menuju stasiun Bandung. Kereta pertama dan cukup pagi memang karena rencananya akan kembali ke Jakarta dengan menggunakan kereta paling malam dari Bandung di hari yang sama, jadi harus memaksimalkan selang waktu yang ada.

Kereta Argo Parahyangan tiba di stasiun Bandung pada pukul 08.32 kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan mobil menuju Ciwidey. Bandung - Ciwidey tidak begitu jauh hanya memakan waktu sekitar 2,5 jam saja. Dan memang benar sekitar pukul 11.00 sudah sampai di daerah Ciwidey, menikmati udara sejuk dan barisan kebun teh maupun kebun strawberry di sana.

Jalanan di Ciwidey
Jalanan di Ciwidey

Banyak pilihan destinasi wisata di area Ciwidey seperti Ranca Upas, pemandian air panas Cimanggu dan Ciwalini, Situ Patenggang dan Kawah Putih, serta banyak area outbond baru di sana. Dari semua pilihan tersebut disinggahi dua destinasi yang terletak tidak begitu berjauhan yaitu Situ Patenggang dan Kawah Putih.

Situ Patenggang
Situ Patenggang

Papan Nama Taman Wisata Alam Telaga Patengan
Papan Nama Taman Wisata Alam Telaga Patengan
Destinasi pertama yang dituju adalah Situ Patenggang. Dari halaman WIKIPEDIA Situ Patenggang atau Telaga Patengan merupakan danau yang terletak di kaki gunung Patuha, di kawasan Bandung Selatan tepatnya di Ciwidey.

Deretan perahu tersedia di sekitar area danau dan bisa digunakan bagi yang ingin berkeliling danau dan muat hingga 12 penumpang. Bila ingin berdua saja bisa menggunakan sepeda air.

 
Perahu dan Sepeda Air
Perahu dan Sepeda Air

Lokasi Batu Cinta
Lokasi Batu Cinta
Ada satu lokasi yang sering disarankan para guide di Situ Patenggang untuk disinggahi yaitu Batu Cinta

Batu tersebut terletak di pulau yang ada di tengah danau yang diberi nama pulau Sasuka atau sering disebut sebagai pulau Asmara. Batu ini memiliki legenda yang kisahnya tidak jauh dari namanya, tentang cinta.

Jadi tidak ada salahnya singgah dan melihat ada apa sebenarnya di stone of love itu.

Terletak di ketinggian 1.600 m di atas permukaan laut dan luas area sekitar 65 hektar, Situ Patenggang memiliki pemandangan alam yang asri, udara yang sejuk dengan hamparan kebun teh di sekitarnya. 

Area Situ Patenggang
Area Situ Patenggang

Di luar gerbang masuk ke dalam area Situ Patenggang banyak penjaja makanan, buah dan beberapa souvenir yang bisa dijadikan cinderamata, beberapa diantaranya adalah t-shirt dan boneka kayu Cepot.  

Boneka Kayu Cepot
Boneka Kayu Cepot

Tiket masuk Situ Patenggang untuk dua orang wisatawan lokal dan satu kendaraan roda empat adalah sebesar Rp. 41.500. Bila ingin bermain sepeda air harga tiketnya Rp. 30.000 per jam.

Tiket Situ Patenggang
Tiket Situ Patenggang

Setelah cukup berkeliling dan bermain sepeda air maka perjalanan dilajutkan kembali menuju destinasi berikutnya yaitu Kawah Putih. Letak Kawah Putih tidak begitu jauh dari Situ Patenggang bahkan hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit perjalanan.

Kawah Putih
Kawah Putih
 
Batu Penanda Kawah Putih
Batu Penanda Kawah Putih
Disunting dari WIKIPEDIA Kawah Putih adalah sebuah danau yang merupakan salah satu dari dua kawah yang membentuk gunung Patuha

Begitu berada di dalam area Kawah Putih sempatkan membaca ringkasan informasi mengenai legenda, kondisi alam, flora dan fauna dari Kawah Putih yang dipasang di jalan masuk menuju kawah bawah.





Untuk mencapai ke dalam area Kawah Putih disediakan angkutan bernama ontang-anting. Angkutan ini akan membawa pengunjung ke dalam area wisata dari tempat parkir kendaran yang berada di luar, karena jarak dari tempat parkir luar ke dalam area wisata cukup jauh. Sebenarnya kendaraan pribadi bisa saja dibawa masuk dan parkir di dalam area wisata namun harus membayar biaya parkir kendaraan yang cukup mahal, dan kendaraan yang diijinkan masuk ke dalam area wisata hanya kendaraan roda empat (mobil).

Ontang-Anting
Ontang-Anting

Iya begitu kedaannya, memang terlihat tidak aman dan tak pula nyaman. Namun tipsnya adalah duduk di depan, di sebelah pak supir yang asik bekerja. Tempat duduknya pas untuk 2 orang, tertutup, ada sandaran dan pegangan tangan jadi lebih aman dan nyaman.

Pada saat berkunjung ke sini cuaca sedang panas terik. Apabila datang pada awal tahun besar kemungkinan akan mendapati cuaca yang dingin dengan kabut yang cukup tebal meski pada siang hari dan tentu saja suhu udara yang lebih dingin.

Semua lokasi Kawah Putih sangat cocok dan unik untuk kegiatan fotografi. Dengan warna biru langit, hijau dari pohon dan kombinasi hijau kebiruan serta putih dari kawah dan pasir, menghasilkan sebuah gambar yang menarik.

Foto Kawah Putih
Foto Kawah Putih
 
Foto Kawah Putih
Foto Kawah Putih

Untuk harga tiket masuk ke area wisata tidak berbeda jauh dengan harga tiket di Situ Patenggang.

Tiket Kawah Putih
Tiket Kawah Putih

Setelah puas jalan berkeliling dan mengambil beberapa foto, maka saatnya perjalanan kembali ke Bandung mengejar Argo Parahyangan yang berangkat dari stasiun Bandung menuju stasiun Gambir pada pukul 19.50 dan tiba di stasiun Gambir pada pukul 23.05.
 
..and again, Just Enjoyed Weekend

Monday 22 September 2014

Album Preview – Flyleaf “Between the Stars”

Setelah album New Horizons dan Lacey memutuskan resign dari Flyleaf, Between the Stars jadi album pertama dengan vocalis Kristen May. Sebelum Between the Stars sebenarnya sudah ada Who We Are, EP yang berisi 1 lagu baru feat Sonny P.O.D dan 4 lagu live Kristen, mungkin mereka bikin EP ini buat gambarin gimana jadinya Flyleaf nanti.

First impression? Lebih pop. Bright? Yap, tapi ga terlalu terang juga karena liriknya masih gloomy. Meski Kristen terkesan lebih ringan, bahkan terasa lebih ‘anak kecil’ bila dibandingkan dengan Lacey Strum, entah kenapa suka saja denger suara nya Kristen May. 
 
Track paling suka? Selain Set Me On Fire, yang jadi lead single dan lagu paling kenceng se-album ini, Sober Serenade dan Traitor jadi salah dua lagu yang sering di-replay.

Satu lagi, Head Under Water ada aksen piano manis yang jarang ada di lagu-lagu Flyleaf sebelumnya. 

For me, it was such a nice album. My suggestion? Grab them up, and then just need to relax and listen.