Saturday 20 December 2014

Checklist Pekerjaan Pemancangan


Pile Driving-1
Pile Driving-1
Kualitas suatu pekerjaan ditentukan dari bagaimana pekerjaan tersebut dimulai. Bila starting point nya sudah bagus - bukan berarti nanti 100% tidak akan timbul issue dan problem selama pelaksanaan - setidaknya hal ini akan memudahkan dan menekan issue yang tidak perlu muncul. 

Tulisan ini akan mencoba memberikan gambaran point besar apa saja yang harus diawasi, dikontrol dan dijaga untuk mencapai hasil pekerjaan pemancangan yang baik dan memuaskan.







a.  Persiapan
  1. Mendapatkan jadwal pengiriman, jumlah dan jenis material pancang.
  2. Mendapatkan spesifikasi alat pancang.
  3. Mendapatkan sertifikat material pancang.
  4. Mendapatkan prosedur pemancangan.
  5. Menentukan rumus final set.
  6. Mendapatkan data soil test.
  7. Memonitor mobilisasi material pancang.
  8. Memonitor mobilisasi alat kerja.
  9. Memonitor mobilisasi tenaga kerja.

b.  Persiapan di Lapangan
  1. Menentukan titik pancang.
  2. Memastikan akses alat pancang ke lokasi titik.
  3. Memonitor proses unloading material pancang.
  4. Memastikan posisi material pancang terhadap titik pancang dan perletakannya.
  5. Memonitor perakitan alat pancang.
  6. Memeriksa kelengkapan alat kerja (teodolit, mesin las, kawat las, cat primer, solar).
  7. Memastikan pembuatan marka per 50 cm di tiang pancang.
  8. Memastikan pengecatan tiang pancang baja (bila diperlukan).
  9. Membuat Bench Mark (BM) pancang utk monitor posisi dan level tiang pancang.

c.  Cek Fisik Material Pancang di Lapangan
  1. Cek fisik dengan alat ukur  :
    • Dimensi.
    • Tebal Pelat.
    • Kombinasi dan jumlah tipe segmen.
  2. Cek fisik pancang dengan visual  :
    • Retak dan pecah.
    • Sarang beton.
    • Perapian PC wire pada pelat dan pensil.
    • Can anti karat pelindung pelat.
    • Marking tanggal produksi, manufaktur dan batch number.
  3. Umur beton saat pengiriman.

d.  Memonitor Pelaksanaan Pemancangan
  1. Memonitor ketegaklurusan tiang pancang.
  2. Memonitor tinggi jatuh hammer dan efisiensi alat.
  3. Membuat driving log per 50 cm.
  4. Memonitor penyambungan antar tiang pancang (ketegaklurusan, pengelasan dan pengecatan).
  5. Memastikan jumlah pukulan total (overblow)
  6. Memonitor pengambilan kalendering. 
  7. Memastikan daya dukung tiang pancang berdasarkan final set.
  8. Memastikan level pemotongan tiang (overstek, level terhadap pondasi).
  9. Membuat laporan harian (cuaca, aktifitas).
KalenderingWelding Pile Joint
  
e.  Memonitor Pelaksanaan Pile Driving Analyzer Test (PDA Test)
 
PDA Preparation-1
  1. Memastikan jadwal pelaksanaan PDA (akses ke titik pancang, ketersediaan alat, urgensi).
  2. Menentukan titik pancang yang ditest.
  3. Monitor pengeboran tiang pancang utk alat sensor.
  4. Monitor tinggi jatuh hammer saat test.
  5. Mendapatkan hasil data lapangan PDA test.
  6. Memastikan kesesuaian daya dukung PDA test dengan rumus final set.

f.  Penanggulangan Kegagalan Titik Pancang
  1. Memastikan penyebab kegagalan titik (patah, retak, overblow, final set, kedalaman).
  2. Mengkonfirmasi penanggulangan kegagalan (sisip titik pancang, pengurangan beban, cor).
  3. Memastikan ketersediaan material pancang (bila sisip titik pancang).
  4. Memastikan akses ke titik pancang (bila sisip titik pancang).
  5. Melaksanakan penanggulangan kegagalan.
 
Pecah Kepala Tiang

 g.  Penyelesaian Pekerjaan
  1. Membuat Laporan Lapangan (kompilasi laporan harian, driving log, kalendering, daya dukung).
  2. Mendapatkan Laporan Final PDA Test.
  3. Memeriksa penurunan tiang pancang terhadap BM pancang.
  4. Membuat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan.
  5. Memonitor kesesuaian volume pekerjaan dan pembayaran tagihan.

Dengan terpenuhinya semua point di atas pasti membantu tercapainya kualitas pekerjaan pemancangan yang sangat baik dan akan bisa menekan issue maupun problem - baik teknis maupun non-teknis. Jika saja ternyata tetap saja muncul karena semua tercatat dan ketika beradu argument berdasar data yang valid.

Review Perhitungan Luas Tulangan Beton

Pada pelaksanaan pekerjaan struktur beton bertulang di lapangan, terkadang diperlukan review ulang terhadap luas tulangan beton, terutama apabila ada penggantian atau ketidak sesuaian antara ketersediaan material di lokasi proyek dengan spesifikasi desain awal.

Konversi atau perubahan desain penulangan mutlak diperlukan bila terjadi kondisi seperti di atas, namun ketentuan dasar dalam konversi yang harus diperhatikan yaitu :
  1. Jangan dicampur antara jenis tulangan yang berbeda mutu (fy) dalam satu penampang untuk satu macam pemakaian tulangan (tulangan lentur, tulangan tekan atau sengkang geser).
  2. Sebisa mungkin tidak melakukan perubahan penampang struktur beton bertulang yang dikonversikan tulangannya.
  3. Setelah dilakukan konversi, perlu diperiksa kembali pengaturan penempatan tulangan tidak melanggar ketentuan jarak minimum maupun maksimum antar tulangan.
Batasan penempatan jarak bersih minimum antar tulangan dalam struktur beton (sesuai dengan SNI 03-32847-2002 point 9.6.1 maupun PBI 1971 point 8.16) yang secara umum menyebutkan tidak boleh kurang dari db (diameter tulangan) atau 25 mm.

Dalam beberapa kasus yang pernah ditemui terkait dengan konversi jumlah tulangan struktur beton, ada 2 macam kasus, yaitu :
  1. Tulangan di lokasi proyek dengan diameter tulangan sesuai desain teknis namun mutu baja tidak memenuhi desain awal. 
  2. Tulangan di lokasi proyek dengan diameter tulangan tidak sesuai desain teknis sedangkan mutu baja tulangan memenuhi desain awal. 
Dari kedua kasus tersebut cara konversi yang dilakukan hampir mirip dengan hasil akhir adalah perubahan jumlah/luasan tulangan, berikut akan disajikan perhitungan konversi yang sering dilakukan pada saat review luas tulangan beton, sebagai sharing dan bahan diskusi.

A.  Review Tulangan Dengan Mutu Berbeda Dari Desain

Karena kondisi tulangan berbeda mutunya maka perlu dilakukan perhitungan dari awal. Contoh kondisi kasus  :
  1. Mutu baja sesuai dengan desain awal BJTD-40 
  2. Mutu baja tulangan di lokasi proyek BJTD-35 
  3. Review perhitungan luas tulangan dari dua jenis baja tulangan dengan mutu berbeda tersebut dijabarkan pada tabel di bawah  :
  4. Gb. 1 - Tabel perhitungan konversi tulangan
    Gb. 1 - Tabel perhitungan konversi tulangan
  5.  Kesimpulan dari perhitungan di atas adalah, apabila baja tulangan dengan mutu BJTD-35 tetap akan digunakan, maka luas tulangannya 1,12 (pembulatan dari 1,1143) kali lebih besar dari desain awal yang menggunakana baja tulangan dengan mutu BJTD-40
  6.  Bila dengan baja tulangan BJTD-40 tulangan desain D13-150 dengan luas 7,964 cm2, maka dengan baja tulangan BJTD-35 tulangan menjadi D13-130 dengan luas 9,189 cm2.
Apabila menginginkan cara cepat dalam review luasan tulangan berdasarkan perbedaan mutu baja tulangan, dilakukan dengan cara membandingkan antar mutu baja tulangan, dimana selisih perbandingan antara kedua mutu tulangan itulah sebagai dasar penambahan jumlah luas tulangan yang akan digunakan.

Pada contoh kasus di atas, mutu baja tulangan lebih rendah dari desain 390 MPa yaitu 350 MPa, maka dari perbandingan tersebut luas tulangan harus ditambah 11% lebih banyak. Hasilnya sama dengan review perhitungan sesuai tabel di atas.